Mukhlis Basri (kiri) bersama Ketua PBNU, Said Aqil Siraj. Foto ist |
Bandarlampung- Setiap tanggal 1 Juni, bangsa Indonesia memperingati hari lahirnya Pancasila. Pancasila sebagai ideologi dasar yang merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Mustasyar Pengurus Wilayah Nahdatul Ulama (PWNU) Provinsi Lampung, Mukhlis Basri menyatakan Pancasila adalah jati diri bangsa Indonesia, sebagai falsafah, ideologi, dan alat pemersatu bangsa.
“Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk,” kata Muklis Basri saat ditanya pandangannya mengenai Pancasila, Kamis(31/05/2018).
Baca: Mukhlis Basri ajak Penduduk Lampung Perangi Hoak
Mantan Bupati Lampung Barat dua periode ini menilai, kondisi ini dapat terjadi karena di dalam perjalanan sejarah dan adanya kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia seperti adanya keragaman suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, budaya, serta warna kulit yang berbeda satu sama lain tetapi mutlak dapat dipersatukan melalui Pancasila.
Pada kesempatan ini pria yang juga Ketua Bidang Kehormatan partai DPD PDI Perjuangan Lampung itu mengajak masyarakat untuk mengggali kembali sejarah perkembangan bangsa, yaitu ketika pada 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengusulkan Pancasila sebagai dasar negara.
“Pancasila telah dipandang sebagai sistem filsafat, etika moral, politik, dan Ideologi Nasional. Namun kemudian pada 30 September 1965, muncul Gerakan 30 September atau G 30 S/PKI. Gerakan ini merupakan wujud usaha mengubah Pancasila menjadi ideologi komunis. Namun berkat adanya kesadaran untuk mempertahankan Pancasila maka upaya tersebut mengalami kegagalan,” jelasnya
Mukhlis berujar, dejarah mencatat pada 30 September 1965 yang dikenal sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September atau G 30 S/PKI dan 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila untuk memperingati bahwa dasar Negara Indonesia adalah Pancasila, yang sakti dan tak tergantikan. Selanjutnya pada 10 November 1986 Pancasila pertama kali diperkenalkan sebagai ideologi terbuka, di mana Pancasila dituntut untuk menyesuaikan diri terhadap perkembangan zaman yang senantiasa dinamis.
“Dengan tanpa mengesampingkan nilai-nilai dasarnya yang tetap,” urai Mukhlis.
Ia berharap, semoga melalui peringatan Harlah Pancasila 1 Juni 2018 ini memberikan kesadaran bagi kita bersama untuk meresapi nilai-nilai luhur yang telah dirumuskan oleh para pendiri bangsa.
“Untuk dapat merekat erat sebagai kepribadian bangsa,” harap.
Mukhlis menambahkan, masyarakat wajib untuk meningkatkan kewaspadaan nasional dan ketahanan mental ideologi Pancasila. Seperti halnya kata dia, kewaspadaan tantangan globalisasi dan liberalisasi . Kemampuan menghadapi tantangan mendasar yang akan melanda kehidupan bangsa seperti sosial-ekonomi dan politik, bahkan mental dan moral bangsa. Hanya dengan keyakinan nasional inilah manusia Indonesia tegak dan tegar dengan keyakinannya yang benar dan terpercaya.
“Bahwa sistem filsafat Pancasila sebagai bagian dari filsafat Timur, mengandung dan memancarkan identitas dan integritas martabat bangsa,” paparnya.