Banner Kurma II Kladika. Foto ist |
Bandarlampung- Bulan Ramadan ini,
Kelompok Studi Kader (Klasika) mengelar Kuliah Ramadan (Kurma) II.
Agenda ini merupakan kegiatan rutin Kladika di bulan Ramadan. Kurma II kali ini rencananya akan dibagi menjadi dua sesi, pertama akan dilaksanakan pada tangga 2 dan 3 Juni 2018 kemudian dilanjutkan pada 7 dan 8 Juni 2018.
Seperti sebelumnya kegiatan ini diselenggarakan di Rumah Ideologi Klasika yang beralamat di Jalan Sentot Ali Basa. Gang Pembangunan A5, Sukarame, Bandarlampung.
Penanggung jawab program, Een Riansah memaparkan, Kurma kali ini mengangkat tema Renung Kebhinekaan. Tema ini diusung karena belakangan ini muncul kembali tindak radikalisme di Indonesia yang mengatasnamakan agama. Mulai dari pemberontakan napi di Mako Brimob, peledakan bom di tiga gereja di Surabaya yang disusul dengan serangan di Mabes Polresta Surabaya hingga teror bom di Mall Transmart Lampung.
Peristiwa-peristiwa tersebut menurutnya, sangat berpotensi menimbulkan konflik umat beragama di Indonesia.
“Dengan diangkatnya tema ini diharapkan dapat menjaga nilai toleransi di masyarakat khususnya para pemuda,” ungkapnya, Selasa 29 Mei 2018.
Een mengatakan, Kurma kali ini diharapkan dapat menjaga nilai-nilai toleransi di masyarakat khususnya para pemuda.
“Di tengah kecemasan masyarakat atas teror yang terjadi belakangan yang berpotensi memicu konflik keberagaman di negara ini, kami harap Kurma kali ini dapat menjaga nilai-nilai toleransi di masyarakat, para pemuda khususnya,” jelas Een.
Dalam agenda tahun ini Klasika mengundang beberapa aktivis, akademisi serta pejabat dari kampus ternama di Bandarlampung sebagai narasumber. Mereka adalah Rektor Universitas Malahayati Muhammad Kadafi, Wakil Rektor III Unila, Aom Karomani, Dosen Hukum UIN Raden Intan Siti Mahmudah, dan Chepry Chaeruman Hutabarat selaku Founder Klasika.
Pemilihan narasumber yang berasal dari beberapa perguruan tinggi ini karena hasil survei 2017 yang dilakukan oleh Badan Intelejen Negara (BIN) 39% mahasiswa se-Indonesia telah terpapar paham radikal bahkan bahkan ada tiga kampus besar yang mendapat perhatian khusus karena dianggap menjadi basis penyebaran radikalisme.
Een juga menerangkan, salah satu cara untuk memberikan pemahaman terhadap masyarakat adalah dengan membuka ruang-ruang diskusi yang bersifat edukatif prihal pemahaman kebangsaan.
“Belum usai masalah bangsa ini atas kebodohan, kemiskinan dan korupsi yang seakan tak ada habisnya, aksi terorisme oleh kelompok yang mengatasnamakan agama semakin membuat masyarakat cemas dan trauma akan keberagaman. Maka salah satu tindakan yang paling masif untuk memberikan edukasi pada masyarakat akan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan adalah terus membuka ruang-ruang diskusi bagi masyarakat,” ujar Een.