Bagian depan RSUDAM. Foto Saibumi.com |
BANDARLAMPUNG – Permasalahan kesehatan di Provinsi Lampung seakan tidak kunjung selesai. Sebelum kematian ibu hamil di Kabupaten Tanggamus karena kurangnya perhatian pemerintah wargapun kerap mendapatkan pelayanan kurang baik di rumah sakit.
Rahmadi warga Lampung Selatan menilai berobat di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM), administrasinya menyulitkan dan tidak langsung mendapatkan pelayanan.
“Pelayanan yang diberikan pun sangat lambat, bahkan pasien dibiarkan cukup lama di ruang periksa. Seharusnya kalau sudah diruang periksa pasien langsung ditangani. Ini kan rumah sakit pemerintah. Setiap pasien berhak mendapatkan pelayanan segera,” katanya, Jumat (6/4).
Jika pemerintahan Gubernur Ridho perduli terhadap masalah kesehatan, permasalahan ini tidak terjadi berulang-ulang. “Ini bukan saya aja. Pasien di luar antre lama karena di ruangan pasien tidak langsung ditangani. Gak tahu kenapa. Ada yang bilang setiap hari seperti ini,” tambahnya.
Menurutnya untuk memperbaiki pelayanan kesehatan di rumah sakit pemerintah, maka gubernurnya harus punya komitmen untuk mengawal pelayanan kesehatan rakyat.
“Kalau sudah bertahun-tahun gak ada perubahan, sudah saatnya mencari pemimpin yang baru yang dapat cepat menyelesaikan masalah ini,” ujarnya.
Hal senada disampaikan oleh, Rahmadi warga Tanggamus yang mengaku kecewa dengan kepemimpinan Ridho-Ficardo karena tidak perduli terhadap rakyat kecil. Menurutnya, di Bandar Lampung saja masyarakat tidak tertangani, apalagi di pedesaan seperti di Kabupaten Tanggamus.
“Warga Tanggamus selama ini sudah sering menjadi korban pelayanan kesehatan buruk. Ibu hamil meninggal kemarin itu bukan satu-satunya. Rakyat Lampung, sudah sangat mendesak memilik pemimpin baru yang bisa memperbaiki pelayanan kesehatan sampai di desa-desa,” kata dia.
Sejumlah pelayanan buruk di bidang kesehatan sempat tercatat media massa. Pada 11 Oktober 2017, seorang pasien harus pindah rumah sakit lantaran tidak diberikan pelayanan dan ditelantarkan. Hal ini diungkapkan Muhammad Marwan Supriyadi keluarga pasien atas nama Muhammad Arshaka Arrasidi, warga Sukamaju Kecamatan Sidomulyo Lampung Selatan.
Anaknya sakit menderita panas tinggi dan diare berlendir. Meski telah dirawat di RSU Bob Bazar, Kalianda selama 5 hari 4 malam, namun belum juga sembuh. Hasil Laboratorium yang diberikan rumah sakit menunjukkan trombosit menurun setiap harinya.
Karena semakin kuatir maka pasien dipindahkan ke RSUDAM, Bandarlampung dengan harapan mendapatkan penanganan lebih baik. Akan tetapi sesampainya di RSUDAM, Bandarlampung pasien dibiarkan selama dua jam bahkan tidak ada pemeriksaan dari dokter di IGD. Setelah menunggu lama, akhirnya pasien pun memutuskan untuk pindah dan tetap diminta biaya adminsitrasi oleh rumah sakit daerah tersebut.
Pada 20 September 2017 seorang ibu seorang asal Lampung Utara bernama Delvasari, terpaksa menggendong jenazah bayinya menggunakan angkutan umum, karena tidak diperkenankan mendapatkan pelayanan mobil ambulans dari RSUDAM.
Pada, 4 Januari 2015, Winda Sari (25), seorang pemulung korban kecelakaan lalu lintas, harus pulang secara paksa dari (RSUDAM). Korban pulang akibat selama seminggu diterlantarkan di rumah sakit milik pemerintah Provinsi Lampung dan menggelandang di Bandar Lampung.
Bahkan pasien harus pulang menggunakan sebuah gerobak dan sempat dirawat ulang sejak ‘diusir’ pihak RSUAM. Namun akhirnya Winda mengembuskan nafas terakhirnya 21 Januari petang.
Sebagian permasalahan tersebut menjadi ketakutan masyarakat Lampung untuk berobat di rumah sakit daerah milik Provinsi Lampung.
“Saya takut jika harus berobat di RSUDAM karena pelayanannya sudah terlalu buruk dan tidak ada pembenahan dari pemerintah setempat. Gubernur kayaknya cuek aja setiap hari ada pasien terlantar dan mati karena pelayanan kesehatan memburuk,” kata Riki warga Kota Bandarlampung. (red).