Seminar di Unila, KSDA Bengkulu: Gajah Harus Dilindungi

Suasana Seminar

Bandarlampung-
Kasi Konservasi Wilayah III Lampung KSDA Bengkulu, Teguh Ismail mengatakan,
satwa liar sebagai kesimbangan ekosistem habitat.
Satwa besar
seperti gajah, harimau dan lainnya menjadi indikator kerusakan ekosistem.
“Manusia
dan satwa liar sama-sama penting. Gajah harus dilindungi, maka itu harus
berdampingan,” kata Teguh di sela Seminar Ancaman dan Tantangan Konservasi
Gajah Sumatera Menuju Kepunahan, di Unila Bandarlampung, Senin (19/03/2018).
Ia
menuturkan, target KSDA adalah populasi gajah beserta habitatnya di Indonesia
dapat pulih kembali dan dapat dipertahankan secara ekologis, genetik dan
geografis.
“Kemudian
pemerintah pusat dan daerah yang memiliki habitat gajah menggunakan strategi
aksi dalam merancang dan menetapkan rencana tata ruang dan pembangunan
daerah,” ungkapnya.
Ia
mengatakan, pihaknya memiliki beberapa pengalaman untuk menjaga keberlangsungan
polulasi gajah dan menjaga ekosistemnya serta mencegah konflik dengan manusia,
di antaranya, dengan rekayasa tanaman harus ditingkatkan agar populasi gajah
terjaga.
Rekayasa
pakan alami dengan menanam rumput gajah, rumput teki, pisang, palem dan lainnya
yang disukai gajah di wilayah habitat gajah.
“Melakukan
penanaman penghindar gajah, seperti singkong pahit, tanaman berbau menyengat
seperti sereh, kemiri di dekat pemukiman warga. Agar gajah menjauhi lokasi  tanaman yang tidak disukai gajah,”
bebernya.
Gajah kata
Teguh, hewan yang pintar dan sensitif, namun bisa keluar dari habitatnya,
karena di dalam hutan sebagai habitatnya dialih fungsi menjadi lahan
perkebunan.
“Maka
gajah keluar dari hutan, karena rumput tetangga lebih segar, sementara di hutan
ada tanaman kopi dan lainnya,” ungkapnya. (red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *