DPRD Lampung Hearing Bersama UIN Raden Intan Lampung

Suasana hearing
Bandarlampung-
Setelah hearing sebelumnya dengan Komisi V DPRD Lampung, Rektor Universitas
Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung Moh. Mukri, berhalangan hadir. Selasa
(3/10/2017), Rektor UIN Prof. Mukri hadir memenuhi undangan DPRD. Turut
mendampingi Mukri antara lain, Wakil Rektor I Syamsuri Ali, Wakil Rektor II
Faisol dan panitia pembangunan Masjid.
Ketua Komisi
V DPRD Lampung Syafariah Widiyanti ZP atau yang akrab disapa Atu Ayi, langsung
memimpin jalannya hearing.
Kepada Ketua
Komisi dan anggota Komisi V, Moh Mukri membeberkan anggaran pembangunan masjid
Safinatul Ulum kampus UIN. Rektor menjekaskan bahwa masjid UIN Lampung
diperkirakan membutuhkan dana puluhan miliar. Nantinya akan menjadi masjid yang
paling megah di antara masjid kampus di Lampung bahkan di Indonesia. “Sampai
akhir (selesai) dana yang dibutuhkan antara Rp 40 miliar,” urai Mukri.
Disinggung
berapa kisaran dana yang sudah digunakan saat ini untuk pembangunan masjid,
Mukri menjelaskan kisaran Rp 20 miliar.
“Sekarang
sudah berjalan lebih separuhnya Rp 20-an miliar,” katanya.


Sumber dana
pembangunan masjid sebagian besar dari warga kampus terdiri, mahasiswa, dosen,
pejabat dan pegawai. Sebagian warga kampus (mahasiswa) merasa keberatan dengan
adanya sumbangan pembangunan masjid karena disinyalir dana sumbangan masjid
berkedok infak tidak transparan sehingga berbuntut mahasiswa melaporkan Rektor
Mukri ke Kejati Lampung atas dugaan pungli. Mukri mengatakan, bahwa sumbangan
pembangunan masjid bukanlah paksaan.
“Kita tidak
memaksa namun mengajak, tidak masalah mengajak ada nominalnya,” kata Mukri.
Sementara
Wakil Ketua Komisi V DPRD Lampung Khidir Bujung mengatakan hearing ini untuk
meminta pihak UIN Raden Intan Lampung menjelaskan terkait dana yang
dipermasalahkan dan kita juga sebagai mitra akan mempelajari malasah yang
kemarin beredar.
“Kita
apresiasi UIN Lampung ini, tujuan kita sebagai mitra mereka yang meluruskan
semuanya kita tanya sampai detailnya, kita ingin tahu apa permasalahan yang
sebenarnya baru kita bisa bicara,” kata Khidir. (Advertorial)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *