Ombudsman Lampung Bentuk Tim Khusus Selediki Penelantaran Pasien oleh RSUAM

Kepala Perwakilan Ombudsman Lampung Nur Rakhman Yusuf
Bandarlampung-
Ombudsman Perwakilan Lampung membentuk tim khusus penelantaran pasien yang
diduga dilakukan pihak Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moloek (RSUDAM).
“Kita bentuk
tim untuk mempelajari kasus itu secara konprehensif. Agar tahu akar
permasalahannya di mana,” kata Kepala Perwakilan Ombudsman Lampung, Nur Rakhman
Yusuf, Jumat (22/09/2017).
Ia berujar,
pihaknya akan melihat dahulu secara objektif akar permasalahan yang ada di
rumah sakit plat merah tersebut, terlebih kata dia, pasca bergulirnya pemberitaan
dan viral di media sosial perawat dan sopir ambulans di RSUAM di-nonaktifkan.
“SOP
(Standar operasional prosedur)-nya harus baik, walaupun orangnya ganti tapi
khawatir masih terjadi. Mau siapapun sopir, direkturnya (RSUAM) jangan terjadi
lagi, apakah ini human eror?,” ucapnya.
Ia kembali
menegaskan, pihaknya akan melakukan investigasi, siapa yang harus bertanggung
jawab akan masalah ini.
“Kita harap
sanksi bagi sopir dan perawat jangan selesai. Namun evaluasi secara
menyeluruh,” tegasnya. 
Ombudsman
kata dia, berdasar data dari pemberitaan di media, walau belum ada lapor resmi
yang masuk ke Ombudsman namun Ombudsman bisa turun melakukan investigasi soal
pelayanan publik.
“Kita bisa
mengingatkan, terkait buruknya layanan, pelayanan itu harus prima. Kita tak
kurang-kurang mengawasi, bagaimanapun kita inginkan pelayanan optimal, karena
itu bagian dari kerja kita,” kata dia.
“Mereka(RSUAM)
badan punya SOP. Itu yang harus kita kaji, kalo memang harus merubah regulasi
ya harus dirubah,”.
Sebelumnya
diberitakan, Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM)
menyatakan menyediakan satu unit Ambulance untuk mengantar bayi Ny. Delvasari
ke kampung asal Desa Gedung Nyapah, Kecamatan Abung Timur, Lampung Utara, Rabu
(20/9). Karena masalah administrasi yang belum selesai, pihak keluarga tidak
sabar, lalu meninggalkan Ambulance dan memilih naik angkutan umum.
Namun hal
itu berbanding terbalik dengan penuturan Ardiansyah ayah bayi yang meninggal
dunia. Dengan digendong ibunya, dirinya terpaksa memilih naik angkot jurusan
Tanjungkarang – Rajabasa, sebelum mendapatkan layanan Ambulance gratis dari
Pemkot Bandar Lampung.
Ardiansyah
menuturkan kisah pilu itu bermula saat dirinya mengurus administrasi kepulangan
jenazah anaknya dengan petugas.
Saat sedang
mengurus administrasi, namun petugas mengatakan adanya perbedaan nama yang
tercantum, antara kartu BPJS dengan nama yang tertera di bagian formulir
pendaftaran dan harus diurus ulang dan memakan waktu yang lama.
“Alasannya
perbedaan nama antara nama yang tertera di pendaftaran by Delvasari, dengan
kartu BPJS tertera Berlin Istana,” ujarnya ditemui di rumah duka, Rabu (20/9)
malam.
Namun, saat
sedang bernegoisasi dengan petugas, di sela-sela itu ada oknum sopir Ambulance
meminta sejumlah uang dengan nominal Rp 2 juta. Alasannya agar urusannya dapat
diperpendek. Jika tidak memakai uang maka urusannya akan memakan waktu lama.
Karena kondisi
panik dan tidak mempunyai uang sebesar yang diminta oknum sopir tersebut,
akhirnya Ardiansyah beserta istri dan jasad anaknya, pergi meninggalkan
Ambulance dan memutuskan mencari angkot.
“Isteri saya
yang gendong Berlin naik angkot,” ucapnya.
Hal senada
juga dikatakan ibu jasad bayi, Delva, saat itu dirinya dan anaknya yang masih
dalam gendongannya sudah berada di dalam Ambulance milik RSUDAM. Karena tidak
memiliki uang sejumlah Rp 2 juta yang diminta petugas tersebut, kemudian
suaminya memintanya turun dari Ambulance.
Di saat  sedang panik, sedih dan perasaan yang campur
aduk, lantaran melihat anaknya meninggal dunia, dirinya dan suaminya
mendapatkan angkot dan bersedia di tumpanginya.
Beruntung
didalam angkot ada seorang wanita yang baik hati memberitahu bahwa ada layanan
Ambulance gratis milik Pemkot Bandar Lampung dan sopir angkot langsung menelpon
nomor layanan Ambulance tersebut.
Berkat
bantuan seorang wanita dan sopir angkot, akhirnya Ardiansyah beserta istri dan
jasad bayinya itu diantar langsung kerumah duka tanpa dipungut biaya
sepeserpun.
“Waktu itu
saya sempat menunggu setengah jam menunggu Ambulance datang di Bundaran
Rajabasa,” kata Delva.
Delva
menceritakan, bahwa anaknya yang baru lahir pada 17 Agustus 2017 lalu, di RSUD
Ryacudu Kotabumi, diketahui terdapat benjolan di kepalanya. Karena tidak
sanggup, akhirnya sang anak dirujuk ke RSUD Abdoel Moeloek di Bandar Lampung.
Berlin,
sudah dua kali konsultasi ke dokter di RSUDAM. Pertama pada Jumat tanggal 25
Agustus, kedua kalinya pada Senin 18 September 2017. Keberangkatan kedua
kalinya, menggunakan kereta api dan angkot. Saat turun naik angkot itulah,
bayinya (Berlin) mengalami kejang.
“Anak saya
langsung masuk ruang Alamanda RSUD Abdoel Moeloek,” ungkapnya.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *