Kampus UIN Raden Intan Lampung. foto ist |
Bandarlampung-
Penolakan mahasiswa akan wacana pengelompokan kelas berdasarkan Indeks Prestasi
Komulatif (IPK) yang diterapkan pihak Dekanat Fakultas Syariah dan Hukum(FSH)
Universitas Islam Negeri(UIN) Raden Intan Lampung terus bergulir.
Penolakan mahasiswa akan wacana pengelompokan kelas berdasarkan Indeks Prestasi
Komulatif (IPK) yang diterapkan pihak Dekanat Fakultas Syariah dan Hukum(FSH)
Universitas Islam Negeri(UIN) Raden Intan Lampung terus bergulir.
Mahasiswa
FSH mengeluhkan wacana pengelompokan kelas berdasarkan Indeks Prestasi
Komulatif (IPK) yang diterapkan pihak Fakultas.
FSH mengeluhkan wacana pengelompokan kelas berdasarkan Indeks Prestasi
Komulatif (IPK) yang diterapkan pihak Fakultas.
‘Kaum
Intelektual’ itu menyesalkan kebijakan Dekanat yang dinilai kurang bijak,
alasannya jika angkatan tahun 2016 di tahun ini (2017) kelasnya bakal dipecah
lagi berdasar IPK, wacana pemecahan kelas itu diurutkan dari nilai tertinggi
sampai terendah, padahal dari materi itu jelas berbeda yang disampaikan dosen,
alasannya sedangkan bayarannya sama.
Intelektual’ itu menyesalkan kebijakan Dekanat yang dinilai kurang bijak,
alasannya jika angkatan tahun 2016 di tahun ini (2017) kelasnya bakal dipecah
lagi berdasar IPK, wacana pemecahan kelas itu diurutkan dari nilai tertinggi
sampai terendah, padahal dari materi itu jelas berbeda yang disampaikan dosen,
alasannya sedangkan bayarannya sama.
Pun
mahasiswa sudah melakukan audensi sebanyak 2 kali pada Dekan, namun jawaban
dari Dekan tetap ‘keukeh’ menjalankan peraturan yang baru dan itu berlaku di
Fakultas Syariah.
mahasiswa sudah melakukan audensi sebanyak 2 kali pada Dekan, namun jawaban
dari Dekan tetap ‘keukeh’ menjalankan peraturan yang baru dan itu berlaku di
Fakultas Syariah.
Baca: Ijazah Alumni UIN Raden Intan Lampung tak Terdaftar di Kemenristekdikti, Warga Net: Innalillahi
Salah satu
mahasiswa UIN mengaku, pasca belum adanya kebijakan yang bijak dari Dekan FSH,
para mahasiswa, memasang spanduk sebagai bentuk keprihatinan pada kebijakan
rektorat karena audensi tidak ada tanggapan.
mahasiswa UIN mengaku, pasca belum adanya kebijakan yang bijak dari Dekan FSH,
para mahasiswa, memasang spanduk sebagai bentuk keprihatinan pada kebijakan
rektorat karena audensi tidak ada tanggapan.
“Kemaren
Dekanat FSH UIN Raden Intan melakukan pencopotan spanduk tanpa sepengetahuan
mahasiswa,” kata dia, Kamis (17/08/2017).
Dekanat FSH UIN Raden Intan melakukan pencopotan spanduk tanpa sepengetahuan
mahasiswa,” kata dia, Kamis (17/08/2017).
Menurutnya,
soal pencopotan spanduk yang menolak pengelompokan kelas pasca audiensi dengan
pihak Dekanat terakhir kali belum ada penjelasan apapun dari Dekanat.
soal pencopotan spanduk yang menolak pengelompokan kelas pasca audiensi dengan
pihak Dekanat terakhir kali belum ada penjelasan apapun dari Dekanat.
“Spanduk
yang dicopot 1 unit. Terus kemaren masang 3 spanduk lagi,” kata dia.
yang dicopot 1 unit. Terus kemaren masang 3 spanduk lagi,” kata dia.
Karena pihak
Dekanat FSH belum mau membuka suara soal ini pencopotan spanduk dan belum
bersedia audiensi kembali akan wacana pengelompokan kelas berdasarkan Indeks
Prestasi Komulatif (IPK) yang diterapkan pihak Fakultas.
Dekanat FSH belum mau membuka suara soal ini pencopotan spanduk dan belum
bersedia audiensi kembali akan wacana pengelompokan kelas berdasarkan Indeks
Prestasi Komulatif (IPK) yang diterapkan pihak Fakultas.
“Senin(21/08)
kawan-kawan bakal memaksa untuk meminta audiensi kembali,” imbuhnya. (KR)
kawan-kawan bakal memaksa untuk meminta audiensi kembali,” imbuhnya. (KR)