Direktur Eksekutif DAMAR Sely Fitriani |
Bandarlampung-
Lembaga Advokasi Perempuan Damar menggelar pertemuan multi stakholder untuk
memaparkan hasil survey Persoalan gizi perempuan dan perempuan muda di Bandar
Lampung, pada 2017, di hotel Emersia, Bandar Lampung, Selasa (15/8).
Lembaga Advokasi Perempuan Damar menggelar pertemuan multi stakholder untuk
memaparkan hasil survey Persoalan gizi perempuan dan perempuan muda di Bandar
Lampung, pada 2017, di hotel Emersia, Bandar Lampung, Selasa (15/8).
Hasil survey
yang dilakukan Lembaga Advokasi Damar tersebut, menunjukan masih tingginya
permasalahan gizi yang dialami perempuan dan perempuan muda di wilayah ini.
Survey tersebut melibatkan 100 responden yang merupakan masyarakat penerima
pelayanan kesehatan di dua puskesmas di Bandar Lampung yakni Puskesmas Panjang dan Sukamaju. Adapun
responden yang disurvey adalah ibu hamil, ibu menyusui, gadis remaja, dan
keluarga biasa.
yang dilakukan Lembaga Advokasi Damar tersebut, menunjukan masih tingginya
permasalahan gizi yang dialami perempuan dan perempuan muda di wilayah ini.
Survey tersebut melibatkan 100 responden yang merupakan masyarakat penerima
pelayanan kesehatan di dua puskesmas di Bandar Lampung yakni Puskesmas Panjang dan Sukamaju. Adapun
responden yang disurvey adalah ibu hamil, ibu menyusui, gadis remaja, dan
keluarga biasa.
Koordinator
Program Lembaga Advokasi Perempuan Damar Lampung, Sofyan Hadi menjelaskan,
hasil survey menunjukan sebanyak 79 dari 100 responden mengeluhkan belum semua
fasilitas kesehatan terutama Puskesmas, memiliki tenaga gizi.
Program Lembaga Advokasi Perempuan Damar Lampung, Sofyan Hadi menjelaskan,
hasil survey menunjukan sebanyak 79 dari 100 responden mengeluhkan belum semua
fasilitas kesehatan terutama Puskesmas, memiliki tenaga gizi.
Hal tersebut
menurut Sofyan disebabkan beberapa hal yakni karena kurangnya perekrutan tenaga
gizi, jumlah tenaga ahli gizi yang belum merata hingga masih rendahnya kepekaan
pemerintah akan pentingnya pengetahuan dan pemenuhan gizi perempuan dan
perempuan muda. Selain itu, 76 dari 100 responden mengadukan masih kurangnya
pemahaman ibu tentang gizi seimbang. Gizi seimbang yang dimaksud menurut Sofyan
adalah asupan makanan yang bervariasi, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA).
Permasalahan tersebut, disebabkan karena rendahnya kemampuan atau daya beli
keluarga akan pangan bergizi, hingga kurangnya frekuensi atau jumlah penyuluhan
tentang gizi dan kesehatan kepada masyarakat khususnya para ibu.
menurut Sofyan disebabkan beberapa hal yakni karena kurangnya perekrutan tenaga
gizi, jumlah tenaga ahli gizi yang belum merata hingga masih rendahnya kepekaan
pemerintah akan pentingnya pengetahuan dan pemenuhan gizi perempuan dan
perempuan muda. Selain itu, 76 dari 100 responden mengadukan masih kurangnya
pemahaman ibu tentang gizi seimbang. Gizi seimbang yang dimaksud menurut Sofyan
adalah asupan makanan yang bervariasi, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA).
Permasalahan tersebut, disebabkan karena rendahnya kemampuan atau daya beli
keluarga akan pangan bergizi, hingga kurangnya frekuensi atau jumlah penyuluhan
tentang gizi dan kesehatan kepada masyarakat khususnya para ibu.
Selain itu,
survey Damar juga menunjukan sebanyak 73 dari 100 responden mengadukan tentang
keluarga yang masih gemar mengonsumsi makanan cepat saji, akibat pemahaman
makanan bergisi yang masih rendah. Tak hanya itu, survey yang dilakukan damar
mencata 70 dari 100 responden mengadukan tidak semua perempuan muda, ibu hamil,
memperoleh asupan zat besi tambahan (FE) gratis di faskes, hingga 74 dari 100
orang responden menyebut perempuan dengan kehamilan tidak diinginkan (KTD)
merasa malu memeriksakan kehamilannya di fasilitas kesehatan yang membuat
permasalahan gizi pada ibu hamil dan bayi terjadi.
survey Damar juga menunjukan sebanyak 73 dari 100 responden mengadukan tentang
keluarga yang masih gemar mengonsumsi makanan cepat saji, akibat pemahaman
makanan bergisi yang masih rendah. Tak hanya itu, survey yang dilakukan damar
mencata 70 dari 100 responden mengadukan tidak semua perempuan muda, ibu hamil,
memperoleh asupan zat besi tambahan (FE) gratis di faskes, hingga 74 dari 100
orang responden menyebut perempuan dengan kehamilan tidak diinginkan (KTD)
merasa malu memeriksakan kehamilannya di fasilitas kesehatan yang membuat
permasalahan gizi pada ibu hamil dan bayi terjadi.
Baca: Ijazah Alumni UIN Raden Intan Lampung tak Terdaftar di Kemenristekdikti, Warga Net: Innalillahi
Sofyan Hadi
menjelaskan pertemuan multi stakholder dan pemaparan hasil survey tersebut
bertujuan menggalang masukan terkait rencana tindak lanjut program untuk
mengatasi permasalahan pemenuhan gizi yang ditemukan. Tak hanya di Bandar
Lampung, Damar juga mengadakan survey yang sama di Kabupaten Lampung Tengah.
menjelaskan pertemuan multi stakholder dan pemaparan hasil survey tersebut
bertujuan menggalang masukan terkait rencana tindak lanjut program untuk
mengatasi permasalahan pemenuhan gizi yang ditemukan. Tak hanya di Bandar
Lampung, Damar juga mengadakan survey yang sama di Kabupaten Lampung Tengah.
“Kami
melakukan analisa persoalan, yang kemudian akan kami sampaikan menjadi
rekomendasi kepada pemerintah daerah , hingga ke tingkat lembaga penyedia
layanan baik rumah sakit, puskesmas yang bersentuhan langsung dengan
masyarakat, dan masyarakat secara umum,”
ujarnya.
melakukan analisa persoalan, yang kemudian akan kami sampaikan menjadi
rekomendasi kepada pemerintah daerah , hingga ke tingkat lembaga penyedia
layanan baik rumah sakit, puskesmas yang bersentuhan langsung dengan
masyarakat, dan masyarakat secara umum,”
ujarnya.
Sebagai
tindak lanjut menurut Sofyan, usai pertemuan tersebut Damar akan membuat
kertasposisi yang akan disampaikan langsung kepada legislatif dan yudikatif di
Kota Bandar Lampung untuk mendorong lahirnya regulasi yang mendorong layanhan
kesehatan nmasyarakat terkait pemenuhan gizi akan semakin membaik. (*)
tindak lanjut menurut Sofyan, usai pertemuan tersebut Damar akan membuat
kertasposisi yang akan disampaikan langsung kepada legislatif dan yudikatif di
Kota Bandar Lampung untuk mendorong lahirnya regulasi yang mendorong layanhan
kesehatan nmasyarakat terkait pemenuhan gizi akan semakin membaik. (*)