Gawi Agung Bejuluk Beadek Sejarah tersendiri bagi Warga Lampung Tengah

Lampung Tengah – Pertama kalinya
digelar, perhelatan Gawi Agung Bejuluk Beadek menjadi sejarah tersendiri bagi
masyarakat Lampung Tengah. Mengangkat adat istiadat Dan kebudayaan asli
Lampung, Gawi Agung Bejuluk Beadek mendapatkan apresiasi dari para tokoh
masyarakat setempat.

Seperti yang diungkapkan Ketua
DPRD Lampung Tengah H. Djunaidi yang saat itu mendapatkan gelar Suttan Ketua
Dewan Amangkurat. Menurutnya Gawi Agung Bejuluk Beadek adalah acara yang luar
biasa. Dia meyakini perhelatan adat istiadat bisa menjadi alat pemersatu
bangsa.
“Luar biasa sekali, ini
pertama kalinya di Lampung Tengah. Meski saya bersuku Jawa, tetapi saya
dibesarkan di Lampung dan telah menjadi bagian dari Lampung. Dengan adanya
pemberian gelar adat, tentunya semakin menumbuhkan rasa memiliki, bahwa saya
bagian dari keluarga Lampung,” katanya, Rabu, 19/7/2017.
Djunaidi menambahkan, kebudayaan
dan adat istiadat juga menjadi identitas bangsa Indonesia yang kuat.
Keberagaman yang ada menjadi kekuatan tersendiri bagi bangsa ini.
“Karenanya saya harap kegiatan seperti bisa terus dilestarikan. Melalui
momen ini, kita bisa meminimalisir perbedaan. Sebaliknya, kita menjadi bangga
dengan kekayaan budaya yang kita miliki,” imbuh dia.
Senada disampaikan Kapolres
Lampung Tengah AKBP Purwanto Puji Suttan yang menerima gelar adat Suttan Cakra
Buana. Ia mengaku bangga telah menerima gelar adat dari kesuttanan adat Jurai
Siwo.
“Ini artinya saya telah
menjadi salah satu keluarga masyarakat Lampung. Tentunya bangga sekali.
Kebudayaan seperti ini harus kita lestarikan. Saya apresiaisi sekali kepada
bupati Mustafa yang telah menggagas acara ini. Semoga bisa berkelanjutan,”
ucap Kapolres.
Dari pantauan media, Gawi Agung
Bejuluk Beadek berlangsung lancar dan meriah. Acara dibukan tarian kolosal Tali
Kiang Anak Tuha oleh pelajar Lampung Tengah.
Bupati Lampung Tengah DR. Ir.
Mustafa, Wakil Bupati Loekman Djojosoemarto berserta 311 tokoh masyarakat
penerima gelar adat diarak dari lapangan Merdeka Gunungsugih menuju Gedung
Sesat Agung Nuwo Balak.
Rombongan diarak lagi menuju
Villa Nuwo Tukho Nurdin. Arak-arak dilakukan dari sembilan kebuayan yakni
Nunyai,  Unyie,  Subing, Nuban, Beliuk, Selagai, Anak Tuha,  Nyerupo dan Pubian. Di sana melaksanakan tari
Penganggik Wajib dari 9 marga, lalu besekhak beasah, bepusek dan turun mandi.
Acara ditutup di Sesat Agung Nuwo
Balak dengan pemberian adok kepada 311 tokoh masyarakat. Mereka diberi adok
suttan yang disesuaikan dengan kebuaian masing-masing untuk menjadi suttan
diwilayahnya masing-masing
Sukses menyelenggarakan Gawi
Agung Bejuluk Beadek, Bupati Lampung Tengah Mustafa mengaku bersyukur dan
bangga bisa menjadi bagian dari kekayaan budaya yang ada Lampung Tengah.
Pihaknya berkomitmen akan terus melestarikan kebudayaan yang ada.
“Ada Bali, Jawa, Sunda,
Lampung dan kebudayaan lainnya. Ini adalah kekayaan yang harus kita jaga, kita
lestarikan, dan kita kenalkan secara luas. Selama ini masih banyak yang belum
mengenal kebudayaan Lampung secara mendalam, inilah saatnya, melalui Gawi Agung
kita kenalkan luas budaya kita,” ujar bupati.
Ia juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak-pihak yang telah berpatisipasi menyukseskan acara tersebut.
Begitu juga dengan ribuan warga yang turut meramaikan Gawi Agung Bejuluk
Beadek.
 “Insya Allah ini akan menjadi even
tahunan di Lampung Tengah. Semoga apa yang menjadi target kita tercapai, budaya
Lampung semakin dikenal dan secara sosial tidak ada lagi sekat antara pendatang
serta penduduk asli atau pribumi,” pungkasnya.(Rendra)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *